TERHAPUS KESALAHANKU, KARENA DIA MAHA PENGAMPUN (Optimis dan Sabar dalam Menggapai Ampunan Allah)



A. Isi Kandungan QS. Al-Balad (90): 1-10

Peringatan Allah SWT

 لَآ أُقۡسِمُ بِهَٰذَا ٱلۡبَلَدِ ١  وَأَنتَ حِلُّۢ بِهَٰذَا ٱلۡبَلَدِ ٢  وَوَالِدٖ وَمَا وَلَدَ ٣  لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِي كَبَدٍ ٤ أَيَحۡسَبُ أَن لَّن يَقۡدِرَ عَلَيۡهِ أَحَدٞ ٥  يَقُولُ أَهۡلَكۡتُ مَالٗا لُّبَدًا ٦ أَيَحۡسَبُ أَن لَّمۡ يَرَهُۥٓ أَحَدٌ ٧  أَلَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ عَيۡنَيۡنِ ٨  وَلِسَانٗا وَشَفَتَيۡنِ ٩ وَهَدَيۡنَٰهُ ٱلنَّجۡدَيۡنِ ١٠ 

Artinya: 
Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini, dan demi bapak dan anaknya. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya? dan mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak". Apakah Dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya? Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan[1578], [1578] Yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan.”

Penjelasan

لَآ أُقۡسِمُ بِهَٰذَا ٱلۡبَلَدِ١ 

Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah)” 
Ini merupakan sumpah dari Allah Swt. dengan menyebut Mekah Ummul Qura dalam keadaan halal bagi orang yang bertempat tinggal di dalamnya. untuk mengingatkan keagungan kedudukan kota Mekah disaat penduduknya sedang melakukan ihram.

وَأَنتَ حِلُّۢ بِهَٰذَا ٱلۡبَلَدِ ٢

Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini” 
Yaitu engkau Muhammad, diperbolehkan bagimu melakukan peperangan di dalamnya. Qatadah mengatakan, Maksudnya. engkau boleh tinggal di kota ini tanpa dibebani rasa dosa ataupun halangan. Makna dari apa yang dikatakan oleh mereka sehubungan dengan hal ini memang telah disebutkan di dalam hadis yang telah disepakati kesahihannya, yang memiliki arti sebagai berikut:

Sesungguhnya kota ini telah diharamkan (disucikan) oleh Allah di hari Dia menciptakan langit dan bumi, maka kota ini menjadi kota yang suci karena disucikan oleh Allah sampai hari kiamat nanti. Pepohonannya tidak boleh ditebang dan tetumbuhannya tidak boleh dicabuti. Dan sesungguhnya kota ini dihalalkan bagiku hanya dalam sesaat dari siang hari. kemudian kesuciannya kembali lagi di hari ini sebagaimana kesuciannya di hari sebelumnya. Ingatlah. hendaklah orang yang hadir menyampaikan (berita ini) kepada orang yang tidak hadir.

وَوَالِدٖ وَمَا وَلَدَ ٣

“Dan demi bapak dan anaknya” 
Bahwa makna yang dimaksud adalah umum mencakup orang tua dan anaknya.

 لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِي كَبَدٍ ٤

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah” Telah diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, dan lain-lain menyatakan bahwa kami telah menciptakan manusia dengan sempurna dan tegak, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (At-Tin: 4)Telah diriwayatkan pula melalui jalur Abu Maudud, Yakni mengalami susah payah dalam menanggulangi suatu urusan dari perkara dunianya dan suatu urusan dari perkara akhiratnya. Dan menurut riwayat yang lain, disebutkan mengalami kesusahan hidup di dunia dan kesusahan di akhirat.

أَيَحۡسَبُ أَن لَّن يَقۡدِرَ عَلَيۡهِ أَحَدٞ ٥

“Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?” Ibnu Adam mengira bahwa Allah tidak akan menanyai harta ini, dari manakah dia memperolehnya dan ke manakah dia membelanjakannya?

يَقُولُ أَهۡلَكۡتُ مَالٗا لُّبَدًا ٦

“Dan mengatakan: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak” 
Yakni anak Adam mengatakan bahwa dirinya telah membelanjakan harta yang banyak jumlahnya.

أَيَحۡسَبُ أَن لَّمۡ يَرَهُۥٓ أَحَدٌ ٧

“Apakah Dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?” 
Mujahid mengatakan bahwa apakah dia mengira bahwa Allah Swt. tidak melihatnya? Hal yang sama dikatakan oleh kalangan ulama Salaf.

   أَلَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ عَيۡنَيۡنِ ٨

“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata” 
Yang dengan kedua matanya itu dia melihat.

وَلِسَانٗا وَشَفَتَيۡنِ ٩

“Lidah dan dua buah bibir” 
Yang dengannya dia berbicara, lalu dapat mengungkapkan apa yang terkandung di dalam hatinya. Yang membantunya untuk berbicara dan makan serta menjadi anggota yang memperindah penampilan wajah dan mulutnya. Dengan indera (mata, lidah dan bibir) yang dimiliki manusia, ia dapat menuntun manusia ke arah kebaikan dan juga sebaliknya, dengan indera tersebut, manusia dapat terjerumus ke jalan keburukan yang dimurkai Allah Swt.

وَهَدَيۡنَٰهُ ٱلنَّجۡدَيۡنِ ١٠

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” 
Yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan. 

Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: 


“Keduanya adalah dua jalan, lalu apakah yang menyebabkan jalan keburukan lebih disukai olehmu daripada jalan kebaikan?” 

Ibnu Jarir mengatakan, telah bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: 

Hai manusia, sesungguhnya keduanya adalah dua jalan, yaitu jalan kebaikan dan jalan keburukan, maka apakah yang membuat jalan keburukan lebih disukai olehmu daripada jalan kebaikan?

B. Isi Kandungan QS Az-Zumar (39): 53

Besarnya Rahmat Allah Swt.

قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ٥٣

Artinya: 
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dalam hubungan ini Lihat surat An Nisa ayat 48. (az-Zumar[39]: 53)

Ayat ini merupakan seruan kepada segenap para pendurhaka dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lainnya agar bertaubat dan kembali kepada-Nya. Juga sebagai pemberitahuan bahwa Allah Swt. mengampuni semua dosa bagi orang yang mau bertobat kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya, betapapun banyaknya dosa yang telah dilakukan dan sekalipun banyaknya seperti buih laut. Kecuali dosa karena syirik karena dosa syirik tidak mendapatkan ampunan selama pelakunya tidak bertobat dari kemusyrikannya.

Makna yang dimaksud oleh ayat tersebut, sesuai dengan firman-Nya:

إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلٗا صَٰلِحٗا فَأُوْلَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّ‍َٔاتِهِمۡ حَسَنَٰتٖۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ٧٠ 

Artinya: 

Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.al-Furqan [25]:70)

Abu Abdur Rahman al-Muzani mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sabda Rasulullah Saw. mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Aku tidak suka bila diberikan kepadaku dunia dan seisinya sebagai ganti dari ayat ini, yaitu: "Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, 'hingga akhir ayat.” Lalu ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan orang yang musyrik?" Rasulullah Saw. diam, lalu bersabda, -"Ingatlah, dan juga terhadap orang yang musyrik," sebanyak tiga kali. Hadis di atas menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Swt. mengampuni semua dosa tersebut bila disertai dengan taubat. Dan seorang hamba tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah Swt, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya, karena sesungguhnya pintu rahmat dan pintu tobat itu luas. Allah Swt. telah berfirman:

أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ هُوَ يَقۡبَلُ ٱلتَّوۡبَةَ عَنۡ عِبَادِهِۦ وَيَأۡخُذُ ٱلصَّدَقَٰتِ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ١٠٤

Artinya: 
Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?” (At-Taubah [9]: 104)

وَمَن يَعۡمَلۡ سُوٓءًا أَوۡ يَظۡلِمۡ نَفۡسَهُۥ ثُمَّ يَسۡتَغۡفِرِ ٱللَّهَ يَجِدِ ٱللَّهَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ١١٠ 

Artinya: 

Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa [4]: 110)

Dan Allah Swt. berfirman berkenaan dengan orang-orang munafik (An-Nisa [4]: 145-146):

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ فِي ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمۡ نَصِيرًا ١٤٥ إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُواْ 

Artinya: 

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. 146. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan." (An-Nisa [4]: 145-146)

C. Isi Kandungan QS. Al-Baqarah (2): 153

Shalat dan Sabar sebagai Penolong

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٣

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153)

Allah Ta'ala menerangkan bahwa sebaik-baik sarana yang dapat membantu dalam menjalani berbagai musibah adalah kesabaran dan shalat. Sebagaimana firman Allah Swt.:

 وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥ 
Artinya: 

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' ” (QS. Al-Baqarah [2]: 45)

Ayat tersebut memerintahkan agar kita mohon pertolongan dalam menghadapi segala situasi yang berkaitan dengan masalah agama dan dunia mu dengan kesabaran dan shalat yang dapat mendekatkan dan menghubungkan diri mu dengan Allah. Maka Allah akan menolongmu dalam mengatasi setiap kesulitan yang menderamu. 

Sabar bisa dimaknai dengan menahan diri dalam menanggung sesuatu penderitaan, baik dalam mengahadapi sesuatu yang tidak diinginkan ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi. Pada akhir ayat tersebut Allah Swt menyatakan bahwa sesungguhnya shalat itu benar-benar sulit dan berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu (tunduk dan patuh kepada Rabb mereka). Hal itu menunjukkan bahwa shalat yang bisa menjadi solusi atas berbagai kesulitan yang mendera manusia adalah shalat yang dilaksanakan dengan penuh kesungguhan, bukan sekedar melakukan mengucapkan lafal dan gerakan shalat secara zahir, melainkan yang dilakukan dengan menghadirkan hati dalam melaksanakannya. Dari sahabat Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata: 

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

Artinya:
"Bila kedatangan masalah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat." (HR. Ahmad dan an-Nasai).