RAIH AKHIRATMU DENGAN MENJAUHI GAYA HIDUP MATERIALISTIS, HEDONIS, DAN KONSUMTIF (Q.S. al-A’la (87): 14-19, Q.S. al-Qashash (28): 77 dan Q.S. Ali Imran (3): 148)
A. ISI QS. AL-A’LA (87): 14-19, QS. AL-QASHASH (28): 77 DAN QS. ALI IMRAN (3): 148
1. Waspadai Gaya Hidup Materialistis, Hedonis, dan Konsumtif
Materialistis adalah sebutan untuk orang-orang yang bergatung pada materi. Mereka ini menganut paham materialisme yang hanya mementingkan harta, kekayaan, uang, jabatan, kedudukan dan lain-lain. Materialisme adalah pandangan hidup yang menjadikan kesenangan, kekayaan sebagai tujuan atau nilai tertinggi dan paling utama tanpa mempedulikan halal ataupun haram. Gaya hidup materialistis saat ini sudah merajalela di seluruh lapisan masyarakat. Korbannya tak hanya orang-orang yang hidup di perkotaan, tetapi juga di pedesaan. Dari orang dewasa hingga anak-anak, dari pejabat sampai rakyat biasa sudah banyak yang terjangkit gaya hidup materialistis. Akibat gaya hidup materialistis ini banyak orang yang rela menjadi pengemis, pencuri, penipu, perampok dan perilaku kriminal lainnya. Dan ada pula yang melakukan korupsi untuk memenuhi ambisi duniawinya. Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi agar kebutuhan materinya terpenuhi. Mereka tak peduli lagi, mana saudara, tetangga, teman, sahabat, bahkan orang tua, yang terpenting bagi mereka mendapatkan keuntungan materi. Orang-orang yang beriman tidak akan menganut gaya hidup materialistik, karena mereka tahu Allah Swt. sudah melarang keras bahkan mengancam para pelakunya masuk neraka huthamah. Firma Allah dalam QS. al-Humazah (104 ):1 – 9
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙۨالَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗۙ يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗٓ اَخْلَدَهٗۚ كَلَّا لَيُنْۢبَذَنَّ فِى الْحُطَمَةِۖ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْحُطَمَةُ ۗ نَارُ اللّٰهِ الْمُوْقَدَةُۙ الَّتِيْ تَطَّلِعُ عَلَى الْاَفْـِٕدَةِۗ اِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌۙ فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ
Artinya:
1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
5. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
7. Yang (membakar) sampai ke hati.
8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
Demikian buruknya orang yang memiliki gaya hidup materialistik di hadapan Allah. Dengan demikian, sebagai orang yang beriman sudah sepantasnya kembali kepada alQur’an dan Hadis sebagai pedoman hidup. Tidak tergiur dengan godaan dunia yang penuh tipu daya.
Hedon atau hedonis adalah sebutan bagi orang-orang yang menjadikan kesenangan dirinya sebagi tujuan dalam hidup. Ia akan melakukan berbagai cara yang penting merasa bahagia. Ia tidak memedulikan norma-norma yang berlaku dalam kehidupannya. Ia hanya mencari kesenangan dunianya. Gaya hidup hedonis dapat menimbulkan gaya hidup konsumtif, yaitu kecenderungan untuk memiliki sesuatu, belanja sesuatu secara berlebihan, secara boros tanpa terencana yang penting dirinya senang dan bahagia. Orang yang konsumtif tidak berpikir barang yang ia beli itu dibutuhkan atau tidak, yang ia pikirkan belanja dan belanja yang penting bahagia. Orang-orang seperti ini dikutuk oleh Allah sebagai temannya syetan. Firman Allah QS. al-Isra’ (17 ):27
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Ayat ini sudah banyak dilupakan orang-orang beriman.Tidak sedikit yang tergoda untuk berganti barang lama dengan yang baru padahal yang lama masih dapat digunakan. Lebih buruk dari itu, ada juga yang membeli sesuatu tetapi hanya ditumpuk tanpa bermanfaat sedikit pun bagi dirinya dan orang lain. Maka sebagai orang beriman waspadalah dengan rayuan dunia yang melalaikan. Jangan sampai kita mengejar kesenangan dunia tetapi lupa bahwa ada kehidupan yang kekal dan abadi yaitu akhirat. Dunia adalah tempat menanam sedang akhirat adalah tempat memanen. Maka barangsiapa mengisi dunianya dengan amal saleh maka ia akan mendapatkan balasan di dua tempat, yaitu di dunia dan akhirat. Tetapi jika menyianyiakan kehidupan dunia, tidak beramal saleh, maka ia akan kehilangan kebahagiaan di akhiratnya. Firman Allah dalam QS. al-Hajj (22):11 ;“Rugilah ia di dunia dan di akhirat, yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”
2. Al-Qur’an Surah al-A’la (87): 14-19
Baca dan pahamilah ayat berikut kemudian tulis sebagaimana petunjuk gurumu!
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ ﴿ ١٤﴾ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ ﴿ ١٥﴾ بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿ ١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ﴿ ١٧﴾ إِنَّ هَٰذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ ﴿ ١٨﴾ صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ ﴿ ١٩﴾
Artinya:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman),dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia salat.Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia,padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,(yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.”
Penjelasan Ayat
Dalam QS. al-A’la (87): 14-15 Allah Swt. menjelaskan bahwa orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang beriman, dengan keimanannya mereka menyucikan diri. Mereka selalu ingat kepada Allah dengan tunduk melakukan shalat. Orang-orang yang beriman akan menyikapi dunia adalah ujian atas keimanannya. Maka mereka akan senantiasa beramal saleh untuk menuju kehidupan akahirat. Dalam QS. al-Kahfi (18):7 Allah menjelaskan bahwa “Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” Maka tampaklah kehidupan orang-orang yang teruji selalu ruku’ dan sujud dalam segala aspek kehidupannya di hadapan Allah Swt. Jiwa, raga, dan hartanya ia peruntukkan untuk menuju kehidupan akhirat. Dalam QS. al-A’la (87) ayat 16-17, Allah Swt. menjelaskan bahwa orang-orang kafir lebih mementingkan duni daripada kepentingan akhirat, padahal semestinya mereka memilih kesenangan akhirat sebagaimana perintah Allah Swt. Kesenangan akhirat adalah kekal dan abadi sedangkan kesenangan dunia hanyalah sementara. Sebagai orang yang beriman hendaknya senantiasa menjauhi gaya hidup yang cenderung materialistik, hedonnis, dan konsumerisme. Karena perilaku yang demikian bukan hanya rugi di dunia tetapi juga kelak di akhirat. Dan Allah sudah menegaskan bagi orang-orang yang yang bergaya hedon dan konsumtif adalah tempatnya di neraka. “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan dunia itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.” QS. Yunus (10):7-8.
Dalam QS. Al-A’la (87) ayat 18 -19 Allah menjelaskan bahwa kehidupan orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir sudah Allah jelaskan pula dalam kitab-kitab terdahulu yaitu dalam suhufnya Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.
3. Al-Qur’an Surah al-Qashash (28): 77
Baca dan pahamilah ayat berikut kemudian tulis sesuai petunjuk gurumu!
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya:
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
Penjelasan Ayat
Dalam QS. al-Qashash (28): 77 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”. Ayat ini menjelaskan bahwa hendaknya manusia menggunakan anugerah Allah Swt. untuk kebahagiaan di akhirat. Hindari tipu daya dunia. Jika mendapat rezeki berdermalah untuk infak dan sedekah, membantu fakir miskin dan du’afa serta amal saleh lainnya. Jika menjadi pegawai, maka bekerjalah dengan jujur. Bekerjalah sesuai ketentuan, dan terima gaji sesuai ketentuan, jangan ambil yang bukan hak kita dengan cara-cara yang tidak halal. Namun demikian, orang-orang yang lemah imannya banyak yang melakukan korupsi hanya untuk memenuhi ambisi duniawinya. Ia lupa ada balasan atas kejahatannya baik di dunia maupun akhirat. Sebagi orang yang beriman hendaknnya kita senantiasa bersyukur karena sangat banyak nikmat yang telah Allah Swt. anugerahkan. Jika kita berusaha menghitungnya pun tidak akan sanggup menghitungnya. Allah berfirman dalam QS. an-Nahl (16):18.
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya”
Dalam QS. Ibrahim (14): 7 Allah menjanjikan balasan bagi orang-orang yang bersyukur: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Selanjutnya “Dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”. Ini menandakan bahwa Allah Swt, melarang pelit terhadap diri sendiri. Kita hendaknya mencukupkan kebutuhan sandang (pakaian), papan (tempat tinggal), pangan (makanan) dan kebutuhan sehari-harinya lainnya secara tidak berlebihan. Karena berlaku boros atau berlebihan adalah perilaku setan. Firman Allah dalam QS. al-Isra (17): 27
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Kemudian “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu”. Ini isyarat bagi kita agar peduli kepada sesama. Harta yang Allah anugerahkan jangan digenggam sendiri karena dalam harta itu terdapat hak orang lain. Ada hak fakir miskin dan du’afa. Pada akhir ayat:“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. ini larangan jangan berlaku sombong dengan harta yang Allah anugerahkan. Jangan berbuat semena-mena dengan harta sehingga bumi menjadi rusak. Allah tidak menyukai kerusakan. Setelah memahami QS. al-Qashash (28): 77, pasti kalian dapat menarik kesimpulan bahwa dengan mengamalkan QS. al-Qashash (28): 77, maka kita akan terhindar dari gaya hidup materialistis, hedonis, dan konsumtif. Dengan memahami ayat tersebut, kita akan memilih berbagi rezeki dengan sesama daripada menghambur-hamburkannya untuk kepentingan dunia yang hanya sementara.
Kisah Qorun
Pasti kalian tahu bagaimana kisah Qorun. Ia adalah manusia yang sangat kaya raya yang hidup pada zaman Nabi Musa. Harta kekayaannya sangat berlimpah,tetapi sombong, kikir, dan tamak terhadap harta. Karena kekayaan dan kesombongannya ia tidak menyembah Tuhannya, tidak mau berbagi dengan sesama, dan zakat pun ia tak mau. Ia beranggapan bahwa harta yang dimilikinya adalah hasil kerja keras dirinya, tidak ada keterlibatan Tuhan di dalamnya. Akibat ketamakan, keserakahan terhadap harta, kemudiaa Allah mengazabnya dengan menenggelamkan diri dan harta kekayaannya ke dalam perut bumi. Kisah Qorun menggambarkan sikap orang yang menjadikan harta sebagai tujuan hidup dan sesembahan yang selalu dipujapuja sehingga melahirkan sikap kikir dan tamak.Selayaknya, kita hidup di dunia ini tidak mengikuti jejak Qorun, tetapi kita jadikan dunia sebagai jembatan menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi dengan menggunakan harta di jalan Allah.
4. Al-Qur’an Surah Ali Imran (3): 148
Baca dan pahamilah ayat berikut kemudian tulis sebagaimana petunjuk gurumu!
فَاٰتٰىهُمُ اللّٰهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْاٰخِرَةِ ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya:
“Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Penjelasan Ayat
QS. Ali Imran (3): 148 menjelaskan bahwa orang-orang yang ikhlas, sabar, dan tetap berjuang di jalan Allah, maka Allah Swt. memberikan balasan di dunia dan pahala kebaikan di akhirat. Oleh karena itu orang-orang yang beriman hendaklah bersyukur dan bersabar dalam setiap keadaan. Bersabar dan bersyukur akan dapat membentengi diri dari perilaku materialistis, hedonis, dan konsumtif. Mereka yang beriman akan selalu ikhlas menjalani kehidupan sesuai perintah Allah. Mereka yakin tidak ada yang menjadi tujuan hidup kecuali keridhaan Allah.